Rabu, 06 Januari 2016

MENULIS ADALAH ALAT PERJUANGAN

Apa menariknya menuliskan atau mendukumentasikan kejadian/persoalan setiap  perlawanan yang didapat  sehari-hari? Suatu pengulangan yang tak akan ada habisnya. Lebih baik mengadukan setiap kejadian dari pada menulis, mendukumentasikan atau mempublis persoalan, Kira-kira itu logika yang ada.



Akibatnya pengalaman, perlawanan dan kerja keras dari akar rumput jarang sekali terdengar atau ditempatkan sebagai  bagian dari sejarah perlawanan Pekerja. Kita pun tahu, sejarah  selalu mencatat tentang orang-orang besar: kisah pemimpin besar, tapi sering mengabaikan perjuangan   sebuah serikat buruh yang takkalah beratnya untuk membela/mensejahterakan anggota.

Tujuan mendekumentasikan, menulis atau mempublis adalah menempatkan pengalaman  perlawanan yang kita dapatkan, beserta segala suka-duka di dalamnya secara terhormat. Menuliskan pengalaman perlawanan dan menjadikannya pengetahuan bagi siapapun, adalah bagian dari perlawanan itu sendiri.  
Pertanyaannya kemudian: bagaimana caranya agar pengalaman itu tertulis dan terbaca dalam kondisi saat ini? Apa yang bisa membuat sebuah tulisan perlawanan seorang buruh pabrik menjadi penting dan menarik ?
Apa yang bisa membuat tulisan itu dapat membuat anggota serikat menyempatkan waktu untuk membacanya?

Dizaman teknologi canggih sekarang ini banyak media yang bisa kita gunakan semisal, media sosial (Medsos) Facebook, line, WhatsApp dll. Dengan menuliskan beberapa baris saja setiap pengalaman yang tidak mengenakan yang kita dapatkan, itulah bentuk perlawanan sesungguhnya. Dengan tulisan yang kita publish tersebut maka kawan – kawan yang lainpun mengetahui hal yang kita rasakan, dengan demikian kawan – kawanpun akan belajar dari pengalaman itu sendiri.

Sangat  sedikit sekali publikasi yang didapat untuk diketahui oleh kawan – kawan lainnya lainnya, kalaulah hanya pengurus Serikat saja yang menulis atau mencari tahu bahan tulisannya, akan menjadi tidak maksimal perlawanan itu sendiri. Tanpa kita sadari menceritakan pengalaman diri kita sendiri dengan menuliskannya akan menjadi pengalaman berharga buat kawan - kawan yang lain.

Sebagai seorang Pekerja Perlawanan lebih sering tertulis sebagai sesuatu yang rumit dan abstrak  rasa takut cemas menghantui, walau kita sepenuhnya mengerti, dalam kenyataannya, perlawanan memang tak pernah mudah. Ketidakadilan yang sedang kita lawan bukanlah persoalan yang sederhana. Cobalah menuliskannya dengan sederhana, konkret, bahkan jenaka. Dengan harapan pembaca bisa lebih tersentuh membacanya. Untuk menuangkan pengalamannya sehari – hari dalam sebuah tulisan, menulislah sebagai mana adanya, kita adalah pekerja bukan seorang penulis abaikan segala macam kreasi tata bahasa, dengan itu akan lebih mudah buat kita menuangakan pengalaman itu dalam suatu tulisan.

Percayalah, pengalaman perlawanan kawan-kawan terlampau berharga untuk disimpan/dipendam dalam hati. Kekuatannya justru akan muncul ketika pengalaman tersebut dituliskan dengan jujur, penuh refleksi, dan tanpa ada ke pura-puraan(jy).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar